Pandemi ini ngajarin kita untuk bisa lebih kreatif di rumah. Agar anak-anakku nggak ngabisin waktu dengan lebih banyak screen time), aku mencoba mengajarkan mereka belajar bersepeda. Jujur, ini udah lama ada di to-do-listku, karena aku nggak ingin mereka berakhir seperti Ibunya yang nggak bisa naik sepeda. Dari berbagai metode belajar bersepeda yang ada di internet, aku memilih mengajarkan mereka bersepeda dengan menggunakan balance bike. Kalau ada yang belum tau, aku mau share sedikit tentang balance bike ini ya.
Category: Personal
Alasan Menyekolahkan Anak di Masa Pandemi
Haruskah kita menyekolahkan anak-anak usia dini saat pandemi seperti sekarang? Bagiku, iya. Namun apakah ini berlaku untuk semua? Tentu saja tidak. Jangan lupa untuk observasi apakah anak-anak Ibu happy atau engga ya. Kalau mereka nggak menikmati, sehingga apapun yang disampaikan secara daring tak akan memberi dampak positif apapun, maka jangan dipaksakan! Sebaliknya, jika sekolah daring ternyata dirasa menyenangkan daripada terus bosan karena harus di rumah terus, maka silakan dicoba.
Menengok Bali saat Pandemi
Ke Bali saat pandemi, emangnya aman? Itu pasti pertanyaan beberapa orang. Aku dan suamipun sudah siap melawan stigma beberapa teman yang mencibir, “Pandemi ko liburan sih?” Oh well, padahal sejatinya di manapun kita berada, Bali atau Jakarta, nggak ada yang sepenuhnya aman — semua punya resikonya masing-masing. Tugasku sebagai Ibu dan Istri adalah memastikan protokol kesehatan diterapkan sebaik-baiknya kapanpun dan dimanapun.
Memutuskan Berhijab, Setahun Yang Lalu…
Bagiku berhijab bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan. Saat belum berhijab, aku jarang mengenakan pakaian terbuka. Sehari-hari, aku terbiasa mengenakan outfit lengan panjang atau longgar. I am definitely not a fan of anything mini! Bulan ini, setahun yang lalu, aku telah membuka babak baru dengan berhijab. Bagaimana awal mulanya?
We Miss You, Bali!
Banyak hal yang kurindukan tentang Bali, karena ada beribu alasan untuk kembali. Seperti biasa di bulan April sebelumnya, kami sekeluarga selalu menghabiskan waktu sepekan di pulau ini. Untuk alasan yang semoga tak terjadi lagi dalam puluhan tahun nanti, akhirnya kami memutuskan untuk tak berangkat ke Bali April ini. Kami di rumah saja, bersama dengan anak-anak dan keluarga. Ini adalah postingan yang tertunda. Sengaja kutulis kembali agar dapat membawa pikiran dan hatiku pada suasana Bali.
Menjadi Ibu di Momen Karantina
Bagi kami sekeluarga, berdiam di rumah adalah hal yang sulit dilakukan. Maklum, kami adalah cerminan raga ibukota. Mall dan padatnya jalanan adalah hiburan. Kalau boleh jujur, hampir setiap malam kami selalu keluar rumah. Entah untuk mencari dessert, kopi, atau sekedar cuci mata di Ace Hardware atau toko mainan. Sekarang, semuanya telah berubah. Momen karantina telah banyak mengajarkanku hal baru sebagai seorang Ibu. Aku merasa telah menjadi Ibu Rumah Tangga seutuhnya. Bahkan, nggak jarang aku merasa lebih sibuk daripada suamiku yang sedang menjalani Work From Home (Yes, it’s true)!
Menyambut Dekade Baru di Usia 30
Baru terasa banyaknya cinta dan berkah yang aku dapat di ulang tahun ke-30 lalu. Mulai dari suami yang kejutannya nggak habis-habis, sahabat-sahabat yang rela bangun pagi-pagi demi ngucapin selamat ulang tahun, sampai kiriman hadiah dan makanan nggak henti-henti ke rumah. Alhamdulillah ya Allah!
Surat Cinta Untukku (Ibu Sophia & Saladin)
Empat tahun sudah kamu mengemban tugasmu sebagai Ibu. Meski kadang terasa berat, tapi langkahmu terus berjalan. Boleh mengeluh, tapi jangan sering, nanti Tuhan marah karena kami tak mensyukuri berkahnya. Aku sering melihatmu menangis. Aku juga sering melihatmu terlalu rapuh. Tapi kamu kembali berdiri, lebih tegar setelahnya.