Pandemi ini ngajarin kita untuk bisa lebih kreatif di rumah. Agar anak-anakku nggak ngabisin waktu dengan lebih banyak screen time (karena sekolahnya aja udah di depan layar terus), aku mencoba mengajarkan mereka belajar bersepeda. Jujur, ini udah lama ada di to-do-list aku, karena aku nggak ingin mereka berakhir seperti Ibunya yang nggak bisa naik sepeda. Jangan paksa aku belajar naik sepeda ya, karena aku udah sering mencoba tapi selalu gagal. Hehehe.
Dari berbagai metode belajar bersepeda yang ada di internet, aku memilih mengajarkan mereka bersepeda dengan menggunakan balance bike. Kalau ada yang belum tau, aku mau share sedikit tentang balance bike ini ya.

Balance Bike dan Manfaatnya
Balance bike ini lebih dari sekedar sepeda biasa. Meski tanpa pedal, manfaatnya jauh lebih besar dari cuma “untuk ngajarin anak bersepeda”. Ini kenapa balance bike lebih banyak direkomendasikan oleh Dokter dibandingkan metode lain seperti sepeda roda tiga atau roda empat lainnya. Singkatnya, balance bike bisa ngelatih keseimbangan anak dan ngasah kemampuan kordinasi dan motorik lainnya. Tujuan akhirnya nggak cuma bisa naik sepeda aja, tapi bisa ngelakuin aktivitas dan olahraga lainnya yang lebih berat, seperti: berlari, mengikat tali sepatu, gymnastic, dll. Dulu, hal ini aku anggap nggak penting, karena keseimbangan itu akan tumbuh dengan sendirinya — tapi ternyata memang harus dilatih. Ini terlihat pada anak pertamaku, Sophia. Karena aku nggak ngenalin dengan balance bike lebih awal, keseimbangan dan keberaniannya cenderung kurang baik.
Bagi aku, balance bike juga ngasih refreshment bagi anak-anak. Ngajak mereka untuk keluar rumah, berinteraksi, belajar jatuh, nggak takut nabrak, dan berani ngendaliin kecepatan. Kadang malah aku yang suka takut sendiri. Hihihi. Takut mereka jatuh dan cedera. Agar lebih tenang, aku ngebiasain mereka untuk gunain alat-alat pelindung diri seperti helm, pelindung siku, dan pelindung lulut. Kayaknya sejak kenal balance bike, anak-anakku jadi lebih tangkas dan aktif dibandingkan sebelumnya.
Kapan idealnya kita mengajarkan mereka menggunakan balance bike? Bisa sedini mungkin saat masuk usia 2 tahun atau saat pinggang anak sudah sejajar dengan pedal. Anakku Saladin kebetulan agak mungil, jadi aku baru ngenalin balance bike saat dia 2,5 tahun. Intinya, saat dirasa udah bisa berjalan dan berlari dengan stabil, nggak ada salahnya mulai disuruh coba. The sooner the better.

Mengenalkan Balance Bike ke Anak
Jangan kuatir saat mereka clueless dan nolak saat disuruh naik balance bike. Tenang, it happens to all of us! Aku sempet hampir nyerah saat pertama ngajarin Saladin. Tapi akhirnya, ia justu mau belajar gara-gara nonton video kartun di YouTube di mana salah satu tokohnya sedang naik balance bike. Perlahan dia mengambil sepedanya dan bilang, “Ibu, aku mau kayak di TV!” Wah, ternyata dia termotivasi sendiri.
Setelah beberapa kali belajar, lama-lama anakku beradaptasi dengan sepedanya. Jangan takut saat ia terjatuh, karena meski terlihat mudah, balance bike tetap butuh skill keseimbangan. Beri anak waktu trial and error yang lama sebelum kita nge-set ekspektasi untuk diri kita. Bahkan hingga saat aku menulis artikel ini, anakku juga masih belum bisa meluncur dan melepas kedua kakinya ko. Ia masih sering tertatih dan sesekali terjatuh. Nggak jarang juga dia bosen dan akhirnya berhenti gitu aja dan nggak mau mencobanya lagi.
It’s OK. Take your time and don’t push them so hard ya. Hehehe.

Memilih Balance Bike yang Tepat
Pertanyaan selanjutnya adalah, kita sebagai orang tua harus mulai dari mana? Ya dari beli balance bike-nya dulu tentunya. Hehehe. Seperti biasa, aku dan suami selalu membuat beberapa kriteria, yang mencakup: harga, model, kualitas, accessibility dan review-nya di internet.
Setelah memfilter banyak merek dan tipe, aku akhirnya menjatuhkan pilihanku ke Micro Balance Bike. Alasanku sih simple: suka aja sama warnanya yang hitam, modelnya yang stylish, dan rodanya yang lebar. Rasanya tough dan sturdy dibandingkan yang lain. Tapi setelah mempelajari lebih lanjut, ternyata banyak banget nilai plus yang lainnya.

- Built-in quality-nya rapih dan solid. Coba sentuh dan rasain sendiri deh, pasti langsung auto-setuju sama aku.
- Bisa digunain hingga anak seberat 20 kg. Artinya, bisa dipakai juga oleh Sophia (anakku yang pertama) juga. Hemat!
- Meski sturdy, surprisingly beratnya nggak sampai 3 kg. Lebih ringan dari kettlebell yang biasa aku pakai olahraga. LOL.
- Garansi 2 tahun. Meski bergaransi, semoga awet dan nggak ada masalah sih ya.
- Rodanya yang lebar nggak cuma bikin stabil, tapi bikin anak lebih nyaman juga pas di jalanan kasar.
- Buat Saladin yang suka gigit-gigit mainan, handle-nya ini dari bahan non-toxic, jadi aman buat anak-anak.
Kekurangannya? Belum ketemu sih sekarang selain harga. Hehehe. Harganya memang agak lebih tinggi dibandingkan merek lain seperti London Taxi, Strider, Maynine, atau United. Tapi as we use longer, nanti akan aku update kembali di sini ya.

Anyway, good luck in finding the best one! Buatku — not much to ask. Doakan aku berhasil ngajarin mereka naik sepeda berpedal nantinya ya, agar nanti mereka bisa boncengin Ibu-nya ke Indomaret seberang. Hehehe.
~ Salsabila Maharani Boekoesoe ~