Sejak PPKM Darurat diberlakukan sebulan lalu, aku dan keluarga ngabisin waktu berhari-hari di rumah saja. Untuk pertama kalinya sejak pandemi melanda, aku benar-benar ngencengin protokol kesehatan keluarga semaksimal mungkin. Kalau dulu masih sesekali ke supermarket atau jalan-jalan ke mall, sekarang kepikiranpun engga. Kalau sebelumnya masih ada orang yang keluar-masuk rumah, seperti tukang kebun bulanan, tukang ledeng, atau tukang servis AC, sekarang pagarpun sengaja kami tutup rapat.
Aku agak berlebihan mungkin, tapi kami nggak mau kecolongan. Teman-teman di sini juga semoga sama ya, minimal untuk beberapa waktu ke depan.
Di rumah aja ternyata nggak bikin hati kita sepenuhnya “auto-tenang”. Liat suami bersin-bersin atau anakku batuk-batuk aja, rasanya hati cemas bukan main. Akupun mulai kepikiran untuk cari air-purifier untuk di rumah. Agak telat memang baru beli sekarang, meski pengennya udah lama. Maklum, kelamaan milihnya. Habisnya kalau kita ketik “Air-Purifier” di marketplace, yang keluar ada puluhan merek dan tipe. Bukannya ngebantu malah ternyata bikin aku galau total. Serius! Kayaknya ada 10 merek deh yang nyangkut di wishlist-ku dan selalu bingung pilih yang mana.
Sambil melakukan riset yang cukup, aku akhirnya mulai bikin beberapa kriteria untuk ngerucutin pilihanku. Feel free untuk jadiin ini sebagai acuan ya. Kriteriaku kurang lebih kayak gini:
- Budget harus di range dua hingga empat juta. Nggak lebih murah (karena takut murahan) atau lebih mahal (nanti duitnya kurang). Hehehe.
- Produk harus dari distributor resmi. Aku pernah beli elektronik di toko nggak official store atau produk jastip. Ternyata repot banget cari spare-part-nya. Sekalinya ada, eh mahal dan harus jastip lagi.
- Harus punya double filtration system dan minimal sudah dilengkapi HEPA 13. Jangan asal HEPA, karena HEPA itu ada macem-macem tipenya. Silakan cari tau sendiri ya.
- Yang terakhir adalah titipan suamiku yang estetik: “Bentuknya ga boleh jelek ya. Harus minimalis, sleek, dan ‘kawin’ sama interior rumah dan kamar anak-anak!” Oke, bhaique!
Riset dimulai dari mempelajari berbagai macam tipe-tipe air-purifier. Mulai dari UV air-purifier, ionizer system (dengan ion negatif), filtration system, dll. Intinya, makin banyak proteksi levelnya makin baik. Tentunya, sejalan dengan kualitas, makin mahal juga harganya. Kayaknya aku nggak akan jelaskan tipe-tipenya, karena infonya udah banyak banget di internet dan YouTube — jadi silakan dipelajari sendiri ya.
Intinya, setelah pembahasan panjang dengan suamiku (yang nggak kalah rewel), kita sepakat untuk memilih Beaba Air-Purifier.
Waw, pilihan yang anti-mainstream ya, Bun? Iya. Pada nanya kan, kenapa nggak Drew? Xiaomi? Philips? B-Mola? Bowin? Atau Coway? Percayalah, Bun, ini semua udah kita pertimbangkan bibit-bebet-bobotnya. Terus apa pertimbangannya? Aku jelaskan sedikit ya…
- Filtration System: Ini fondasi dasarnya. Beaba punya 4 filtrasi, yaitu pra-filter (anti bakteri untuk partikel besar), HEPA H13 (ini penting banget, karena menyaring partikel terkecil hingga 99.97%), filter karbon aktif (menghilangkan bau) dan anti microbial layer (menyaring debu, jamur dan bulu beterbangan). Merek lain rata-rata hanya punya 2 atau 3. Kalaupun punya keempatnya atau lebih, harganya pasti melambung tinggi.
- Ion Negatif: Ini lagi trending banget di dunia air-purifier. Instead of bakteri dibunuh dengan UV — setelah disaring, ion negatif dilepaskan agar udara jadi seger, ringan, dan nyaman untuk dihirup. Ini bener-bener the best part-nya sih menurutku. Efek segernya auto-berasa!
- Listriknya ringan banget. Percaya atau nggak, cuma 35 watt. Mau dinyalain 24 jam juga ga pake mikir kan.
- Beratnya 3,2 kg. Super enteng, tapi sturdy banget. Kesenggol ga jatoh sama sekali. Magic!
Setelah urusan performa udah yakin, konsiderasi terakhir adalah merek, penampilan/bentuk dan harga. Nah, untuk urusan ketiganya, ini bener-bener udah ga pake mikir lagi sih!
Untuk pembaca lama blog-ku, Teman-Teman pasti udah tau betapa aku adore merek Beaba. Mulai dari food processor (yang super cakep dan canggih itu), alat makan anak, diaper bag, aku pake Beaba semua. Mereka bener-bener mikirin semua aspek fungsi dan bentuk. Belum lagi karena 100% French made, semua detail estetik sih udah ga diraguin lagi. Bentuknya selalu sleek, clean and simple. Sebenernya sempet nyangkut di harga, tapi karena sedang ada promo di official store Tokopedia dan Mothercare, langsung kita bungkus. Silakan check langsung di link di bawah ya. So much for all of the goodness!
Lalu pasti pada nanya kan, setelah dibeli, nyesel ga? Jawabannya masih konsisten: ga pernah nyesel beli Beaba. Beaba ini ga berisik sama sekali, bahkan saat di full speed sekaligus. Super syahdu, sampe aku suka mikir, "Ini beneran udah kerja ga sih?" Pas di set ke night-mode malah ga ada suara sama sekali. Senyap! Bahkan masih lebih kenceng suara nafas kita sendiri. Fun fact, anak-anak dan suamiku juga berhenti bersin-bersin. Ini penting sih. Efeknya bener-bener berasa sejak pemakaian hari pertama.
Terus kekurangannya apa? Ya pasti ada. Kekurangannya, Beaba ini hanya efektif untuk ruangan sebesar 18m2. Kecil ya. Hanya ideal untuk seukuran kamar tidur aja. Untungnya kamar kita memang ga gedhe (16m2 aja). Jadi kekurangan ini nggak jadi masalah bagi kita.
Would this be a good fit to you? Silakan eksplore dan riset lagi ya. Pastikan pilihan Teman-Teman sudah sesuai dengan semua aspek kebutuhan dan kriteria masing-masing. Kalau ukuran kamarnya besar, ya mungkin Beaba nggak tepat. Tapi untukku, so far, this is one of the best pandemic buy. Selanjutnya, aku dan suami lagi mau mencari air-purifier untuk mobil. Jadi kalau kita udah bisa jalan-jalan lagi, kita lebih tenang di jalanan. Ini jujur lebih sulit lagi, karena banyak banget yang bagus-bagus dan harganya di bawah sejutaan. Makin pusing dan bingung. Hehehe.
Good luck dalam memilih air-purifier-nya ya. I know, this is not an easy job!
Check langsung produk resminya di Beaba Official Store (Tokopedia) atau Mothercare (Online/Tokopedia) ya.
~ Salsabila Maharani ~
Salsabila Maharani 