Ada yang sedang merencanakan asuransi kesehatan keluarga? Jika iya, tulisan ini didedikasikan untuk teman-teman yang sama pusingnya seperti aku dulu. Bagiku dan suami, memilih asuransi kesehatan lebih sulit daripada memilih asuransi jiwa. Asuransi jiwa itu straighforward banget = preminya berapa, maka uang pertanggungannya berapa, sedangkan asuransi kesehatan banyak banget knick-knack-nya.

Mengenal Asuransi Kesehatan
Asuransi kesehatan memberi proteksi perlindungan dari sakit dan kecelakaan hingga usia tertentu. Umumnya, proteksi diberikan hingga maksimal usia 80 tahun bagi orang dewasa atau 25 tahun bagi anak-anak. Manfaat utamanya adalah mengcover biaya rawat inap, rawat jalan akibat kecelakaan, dan critical-illness.
Agar lebih praktis dan hemat, aku membeli paket asuransi kesehatan keluarga dalam satu polis: untukku, suami dan 2 anak (1 polis, 4 orang).

Kapan Kita Harus Membeli Asuransi Kesehatan?
Jawabnya: secepatnya, saat masih muda dan masih sehat.
Kenapa saat masih muda? Karena saat muda, premi asuransi lebih murah. Ko gitu? Well, hukum alam aja sih. Makin tua, maka resiko sakit dan kematian makin tinggi, sehingga preminya jadi lebih mahal.
Kenapa saat masih sehat? Dalam asuransi kesehatan, ada istilah pre-exisiting condition, yang artinya, jika kita udah pernah punya sakit/penyakit tertentu, maka sakit/penyakit tersebut nggak akan ditanggung oleh perusahaan asuransinya.
Catatan penting juga, perempuan dan anak-anak (khususnya infant) juga dikenakan premi yang lebih tinggi, karena probabilitas statistik keduanya terkena sakit dan penyakit cenderung lebih tinggi. Hmmm, sedihnya.

Checklist Utama (First-Thing-First Sebelum Membeli Polis)
- Pilih asuransi kesehatan murni, bukan unit-link atau tanpa embel-embel investasi. Asuransi kesehatan murni preminya lebih murah, dan manfaat pertanggungannya lebih besar, karena struktur pembiayaannya difokuskan pada kesehatan aja.
- Kenali reputasi perusahaannya. Cari tau hal-hal ini: udah berapa lama berdiri di Indonesia? Langgengkah bisnisnya? Adakah kemungkinan gulung tikar? Gimana reputasinya dalam proses claim biaya rawat inap? Adakah sentimen negatif di internet, media sosial, atau media masa mengenai testimoni customernya?
- Kenali agent-nya. Tanyakan pada agent: udah berapa lama ia menggeluti dunia asuransi? Udah berapa kasus yang ia tangani? Seberapa sering ia berpindah-pindah perusahaan asuransi? Jika sering, tanyakan alasannya. Agent asuransiku udah bekerja 17 tahun di perusahaan yang sama. Saat ditanya alasannya, ia menjawab yakin bahwa produk yang dijualnya berkualitas, sehingga ia tak menerima banyak keluhan dari customernya. Good point, right?
- Pastikan ada proteksi pada critical-illness. Ini sangat penting mengingat critical-illness membutuhkan biaya yang besar. Knock on the wood ya, semoga kita terhindar dari hal ini.

Checklist Teknis Lainnya
Setelah mengerucut ke beberapa pilihan asuransi kesehatan, maka analisa juga hal-hal teknis di bawah ini:
- Lakukan perbandingan kepada minimal 2 perusahaan asuransi. Jangan tutup mata hanya pada 1 proposal saja. Jika punya waktu cukup, evaluasi 3-4 perusahaan.
- Sesuaikan besaran premi dengan kemampuan bayar. Pastikan nggak mengganggu pos budget lainnya. Lebih baik beli polis terjangkau tapi langgeng, daripada mahal tapi berhenti di tengah jalan.
- Perhatikan list Rumah Sakit rekanannya. Nggak perlu semua Rumah Sakit ada sih, yang penting Rumah Sakit langganan kita ada dalam daftar.
- Tanyakan sistem claim-nya: cashless atau reimbursement. Jika nggak punya dana darurat yang cukup di rekening, lebih baik sih ambil cashless meskipun preminya sedikit lebih mahal. Ada loh beberapa kisah temanku yang reimbursement-nya baru masuk setelah 3 bulan keluar dari rumah sakit.
- Pastikan masa tunggunya. Umumnya, asuransi kesehatan menerapkan aturan ini. Biasanya masa tunggu adalah 30 hari untuk seluruh penyakit dan 1 tahun untuk critical-illness.

Ternyata nggak simpel ya berurusan dengan asuransi kesehatan ini. Aku dan suami aja perlu waktu 2 bulan hingga akhirnya memutuskan membeli asuransi kesehatan yang kami punya sekarang. Pada akhirnya, gunakan instinct dan feeling aja sih, lalu daftar, bayar dan ucapkan Bismillah. 😀
Last but not least — apapun asuransinya, semurah apapun preminya, dan setinggi apapun plafonnya — nggak ada yang lebih penting daripada menjaga kesehatan kita sendiri. Asuransi penting untuk dimiliki, tapi semoga nggak usah digunakan — karena sebaik-baik asuransi, adalah saat asuransinya nggak dipakai sama sekali. Selamat berburu ya!
~ Salsabila Maharani Boekoesoe
Halo, Mba Rani. Kalau boleh tahu merek asuransinya apa dan apa bisa cover untuk bapak-ibuk-anak, karena saya belum berkeluarga, jadi kepikiran untuk bikin asuransi buat bapak-ibuk. Terima kasih
LikeLike
Hallo mba, mohon maaf aku baru kebaca commentnya. Btw, kita pakai manulife untuk mengcover sekeluarga. Tapi kayanya agak sulit untuk meng-cover orang tua yaa. Karena umur mereka sudah high-risk. Kalaupun bisa pasti mahal banget preminya jika baru didaftarkan sekarang. Tapi kalau kamu butuh contact agen asuransi manulife kita, nnt aku share ya. Kamu bisa langsung tanya-tanya ke beliau 😁
LikeLike
Pas banget! Aku emang lagi nyari juga nih. Emang pusing euy!
LikeLike