Disclaimer: Pendapatku pada tulisan ini dibuat secara subjektif berdasarkan kebutuhan keluarga kami. Kebutuhan setiap keluarga berbeda-beda, sesuai dengan profil dan resikonya masing-masing. Sehingga, pilihanku belum tentu relevan bagi keluarga lainnya ya!

Sejak aku memutuskan untuk resign dari pekerjaanku sebagai karyawan swasta, maka berakhir pula “perks” penting yaitu asuransi kesehatan kantor. Artinya, backup utama saat musibah datang bergantung sepenuhnya pada asuransi kantor milik suami (yang sejujurnya sih nggak “wah-wah” banget). Maka pertanyaannya sekarang — apakah itu aja udah cukup? Apakah kami sudah terlindungi? Hal-hal ini yang selalu jadi pertanyaan sulit dalam beberapa bulan silam.
Nggak mudah bagiku dan suami untuk memilih asuransi yang tepat, karena terlalu banyak perusahaan asuransi di luar sana dengan beragam jenis manfaatnya. 4 tahun lalu, kami pernah membeli unit-link dari salah satu perusahaan asuransi terbesar dunia. Hasilnya? Nihil! Sejak itulah, akupun mulai mengeksplorasi pilihan lain seperti asuransi jiwa murni, kesehatan murni, pendidikan, dsb.

Setelah melakukan riset cukup dengan membaca buku, berdiskusi dengan suami, konsultasi kepada teman yang ahli, serta membaca referensi dari beberapa financial planner di sosial media, kami memutuskan untuk memproteksi diri dan keluarga dengan asuransi-asuransi berikut:
Asuransi Jiwa Murni untuk Suami: Sebagai Ibu rumah tangga yang penghasilan utamanya berasal dari suami, ketakutan terbesarku adalah kehilangan sosoknya sebagai tulang punggung keluarga (knock-knock on the wood). Memang betul, selalu ada pilihan untuk kembali bekerja demi masa depan anak-anak — namun apakah penghasilanku nanti akan sama besarnya seperti penghasilan suami? Nggak ada jaminan! Saat kebutuhan rumah tangga menjadi sama banyaknya atau justru meningkat seiring dengan biaya sekolah anak yang semakin naik, maka aku memproteksi anak-anak dengan membeli premi Asuransi Jiwa. Tujuannya, agar secara finansial, aku dan anak-anak tetap bisa menjalankan hidup secara normal saat kami kehilangan mata pencaharian utama keluarga.
Asuransi Kesehatan untuk Aku dan Anak-Anak: Kenapa hanya untuk Ibu dan anak-anak? Karena aku yakin, kemanapun suami pindah kerja, pasti perusahaan akan menjamin kesehatannya. Sekarangpun aku dan anak-anak juga sebenarnya masih terproteksi, tapi kami tetap berjaga-jaga aja. Just in case suamiku pindah ke kantor lain yang benefit keluarganya berbeda, at least we’re safe! Hal ini aku lakukan karena aku juga sering mendengar kisah-kisah para sahabat yang nggak terproteksi oleh asuransi kantor suami. Sehingga, untuk meminimalisir hal yang nggak terduga, aku membeli premi asuransi tambahan sebagai proteksi ganda. Anggap saja limit dari kantor habis, pasti tetap akan ada manfaatnya ko!
Asuransi Pendidikan, Perlukah? Bisa iya, bisa nggak — tergantung gimana kita melihatnya. Bagiku, asuransi idealnya berfungsi sebagai proteksi diri dan keluarga dari hal-hal tak terduga. Berbeda dengan pendidikan, yang biaya, inflasi dan waktunya dapat diperhitungkan. Daripada uangnya dibayarkan ke perusahaan asuransi, kami lebih senang untuk mengelolanya dalam portofolio investasi yang sesuai dengan profil dan resiko kita (misalnya reksadana).
Pada akhirnya, kami memilih asuransi sesuai dengan kebutuhan kami. Premi yang dibayarkan juga harus sesuai dengan penghasilan. Jadi sebelum membeli asuransi, agar nggak salah langkah dan terburu-buru, pastikan Ibu-Ibu udah punya jawaban atas 3 hal berikut:
- Apa sih kebutuhan utama keluarga?
- Berapa kemampuan finansial dalam membeli premi?
- Apa ketakutan di masa depan yang ingin diproteksi atau diminimalisir resikonya jika harus terpaksa terjadi?

Apakah asuransi itu riba? Jujur, aku nggak punya ilmu & kapasitas yang cukup untuk menjawab hal ini. Saat memutuskan membeli premi asuransi, niat utama kami hanya untuk memproteksi keluarga dari hal-hal buruk dan musibah yang tak diinginkan dan tak dapat diprediksi kehadirannya. Kami nggak menjadikan asuransi sebagai investasi, terlebih untuk mencari keuntungan berlimpah darinya.
Ingat ya — sebaik-baiknya memiliki asuransi — tetap lebih baik untuk tidak menggunakannya sama sekali. Jangan takut untuk merasa rugi membayar, karena kehilangan premi atas manfaat yang nggak dicairkan tetap lebih baik daripada mendapatkan musibah itu sendiri. Setuju kan? 🙂
~ Salsabila Maharani Boekoesoe
kalau untuk reksadana pendidikan anak-anak baiknya ikut yang pasar uang atau apa ya?
LikeLike
Haloo mba, untuk reksadana, aku ambil ketiganya: pasar uang (10%), obligasi (30%) dan saham (60%). Resikonya memang agak lebih tinggi, tapi return ya lumayan. Ga terlalu khawatir sama resiko karna niatnya investasi jangka panjang anyway, jadi tetep aman.
LikeLike
Mbaa jadi dirimu ambil asuransi apa dan dr merk apa? Akupun lg bingung huhuhuu
LikeLike
Haloo mba, saat ini aku menggunakan asuransi manulife baik yg jiwa murni maupun yg kesehatan murni. Kami tidak memilih yg menggunakan investasi krn kami merasa asuransi bukan wadah investasi terbaik.
LikeLike