Resign Demi Fokus Mengurus Anak

Sophia Ibuk

Menjadi Ibu membuat aku kelelahan, namun juga sangat bahagia. Benar jika ada yang mengatakan bahwa, “Parenting is a constant battle between going to bed to catch up on some sleep, or staying awake to finally get some time alone.” Rasanya, 3 bulan maternal leave belum cukup untuk menemukan ritme yang pas agar aku bisa istirahat dengan cukup.

Mengapa Memilih untuk Resign?

Aku galau dan resah, cutiku sudah hampir habis. Setiap malam aku terus berusaha untuk memompa ASI agar memiliki cadangan ASIP yang cukup saat aku harus kembali bekerja. Nyatanya, meskipun sudah mencoba berbagai macam ASI booster, ASI-ku tak cukup banyak untuk diperah. Meskipun hampir menyerah, aku berusaha tetap optimis bahwa aku juga bisa seperti Ibu-Ibu lainnya. Setiap jam 2 malam aku selalu ingin memompa ASI-ku karena ‘menurut teori’, itu adalah waktu terbaik untuk memerah ASI (the golden hour). Faktanya, anakku selalu bangun tengah malam, sehingga membuatku tak ada kesempatan lagi untuk memerah.

Dengan segala keterbatasan, suami memintaku untuk tak kembali bekerja dan fokus mengurus Sophia. Baginya, saat ini Sophia membutuhkan kehadiranku lebih dari siapapun dan apapun. Suamiku terus meyakinkanku bahwa ia akan berusaha semampunya untuk menopang segala kebutuhanku dan anakku (secara finansial). “Mungkin nggak berlebih, tapi insha Allah cukup,” katanya.

Mengapa Yakin untuk Resign?

Sebenarnya tak pernah ada kata yakin sebelumnya. Bagiku, resign bukanlah perkara mudah. Aku menyukai pekerjaanku. Aku menyayangi teman-teman kantorku. Dan akupun menyukai perusahaanku. Bagiku, mereka cukup toleran dengan segala kekuranganku (misalnya: menerimaku ketika tau aku baru saja hamil 1 bulan, dan memberi izin absen selama sebulan penuh untuk bed-rest akibat pendarahan). Ada sedikit kekhawatiran, “Jika aku melepaskan semua ini, akankah aku mendapatkan lingkungan yang lebih baik nantinya?”

“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” QS. Hud [11:6]

Ayat ini akhirnya meyakinkanku sebagai seorang istri dan ibu bahwa Allah telah menjamin rezekiku dan anakku. Mungkin tak melalui tanganku, namun melalui tangan suamiku (dan tangan-tangan Allah lainnya). Akhirnya, dengan ikhlas aku beranikan diri untuk mengambil keputusan berhenti bekerja sejak Desember 2016.

Catatan Penting Sebelum Memutuskan untuk Resign

  • Apakah sudah mempertimbangkan alternatif lain seperti menitipkan di rumah orang tua, Day Care atau suster? Dalam kasusku, bukan ini yang kucari, sehingga resign adalah satu-satunya dan solusi terbaik saat itu.
  • Apakah sudah mendapat persetujuan suami? Jangan sampai keputusan ini dibuat sepihak, sehingga memberatkan suami mencukupi kebutuhan keluarga di masa mendatang.
  • Perhatikan dan hormati ‘notice period‘ perusahaan. Di kantorku, aku diwajibkan untuk menyerahkan surat pengunduran diri selambat-lambatnya 30 hari sebelumnya. Artinya, sebulan sebelum cuti habis, surat harus sudah diterima oleh HRD dan disetujui oleh atasan. Kecuali Ibu-Ibu sudah bermediasi secara personal dengan HRD, jangan coba-coba untuk resign mendadak ya, karena hal ini sudah diatur oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan (UU No. 13 Tahun 2003 pasal 162, yakni selambat-lambatnya 30 hari sebelum tanggal pengunduran diri). Ga mau kan, dituntut oleh perusahaan hanya karena masalah seperti ini?
Sophia at FOX
Mengajak Sophia main-main ke kantor suami. It looks like she had fun!

Kini, sudah hampir 6 bulan aku resign. Meskipun di rumah saja, aku tetap berusaha produktif dengan menyelesaikan thesis dan menulis blog saat Sophia tidur. Blogging adalah hobi baruku, dan suamipun mendukung aku untuk menekuninya. Aku berharap, tulisan-tulisan ini dapat memberi manfaat bagi orang yang membacanya.

By the way, adakah diantara Ibu-Ibu yang sedang galau untuk resign sekarang? Share ya!

“Succesful morthers are not the ones that have never struggled. They are the ones that never give up, despite the struggles.” – Sharon Jaynes

 

Advertisement

39 thoughts on “Resign Demi Fokus Mengurus Anak

  1. assalamualaikum wr wb. setelah saya membaca shareing-sharing ini , menjadi masukan untuk saya, memutuskan untuk berhenti bekerja memang di lema, apalgi klau posisi saya di sini saya punggung yang menggung ibu saya. namun saya juga harus memperhatikan anak saya. anak saya tidak mau sekolah, dan kalau di tanya jawabnya klau mamh tidak kerja aku sekolah, kalau mamah kerja aku tidak sekolah, miris aku dengarnya.
    satu sisi aku masi butuh biaya dan satu sisi anak aku butuh aku.
    mohon bantuannya sharingnya. terimaksih ya mba

    Like

    1. Halo, tetimakasih mba sudah buat blog ini. Saya skrg lagi di fase “ingin resign” lebih ke karena saya tidak merasa nyaman lagi di kantor. Saya punya atasan yg baik dan temwn teman yang baik tapi akhir akhir ini saya selalu merasa cemas ketika akan pergi ke kantor entah kenapa dan itu mengganggu saya. Saya berpikir untuk pergi ke psikolog sebelum memutuskan untuk resign . Namun, sepertinya suami saya masih berat apabila saya harus resign , katanya “sayang dengan pekerjaan yg skrg” . Saya jadi bingung, setiap orang yg saya jadikan tempat curhat beranggapan sama, mereka tidak melihat saya sebagai objek yg menjalani , apa yg saya rasakan dll 🥲

      Like

  2. salam kenal mba salsa, baru baru ini saya juga merasa galau ingin resign tapi ekonomi dan takut suami agak menginjak injak saya ,, takut nanti merasa angkuh karena dia yang mencari duit. karena watak suami yang seperti itu. jadi saya bingung. tapi saya juga kasihan dengan putri saya. bagaimna yah. solusinya?

    Like

    1. Hallo Mba Yenni, aku agak speechless waktu baca comment nya Mba karena jujur aku blm pernah ngerasaiin di posisi mba gimana. Tapi yang aku tau cuma satu, rezeki manusia itu ga pernah tertukar apalagi sampai salah alamat jadi yakinkan diri Mba ketika mengambil keputusan, dan yakin semuanya akan berjalan baik. Insya allh Tuhan pasti bantu. Aku ingat satu pesan Rasul yang selalu aku jadikan pegangan “Jika kau ragu, dengarkan kata hatimu” 🙂 Semangat, Mba!!

      Like

    2. Blog ny bagus mb… Saya jg skr lagi bingung apakah saya harus resign atau bekerja.. saya habis melahirkan anak k 2 sebentar lagi cuti saya mau habis. Dulu anak pertama saya memakai jasa pengasuh tp saya sedih ketika anak pertama saya bilang “amie gak usah kerja di rumah saja ngurusin fio” hatiku terenyut ketika si abang sudah bisa meminta ibu nya untuk d rumah saja..
      Suami mendukung untuk resign tp saya galau harus gimana sy??😭😭

      Like

      1. Hallo mba, kadang kita sebagai Ibu tau kapan waktunya untuk terus bekerja kapan waktunya harus berhenti. Kita sebagai Ibu sebelum mengambil keputusan dapat melihat ke sekeliling kita, apa yang keluaga ini butuhkan dan perlukan. Jika keluarga masih butuh dan perlu tambahan dana dari gaji mba, so jalani terus pekerjaanmu mba. Tapi jika keluarga butuh dan perlu mba lebih dari apapun, maka kembalilah kerumah mba. Pasti kita sebagai ibu tau apa yg terbaik untuk keluarga kita. Pasti 😊

        Like

  3. Ass..mba..
    Kebetulan saya baca artikelnya..
    Skg ini sya lagi galau untuk resign at tidak..
    Kendalanya ortu sya yang keberatan kalau sya berhenti kerja..
    Suami mengizinkan dan sya terkadang sedih harus meninggalkan anak utk bekerja..

    Like

  4. hai mba salsa,,, mohon maaf ,,sebelumnya ,, salam kenal ,, assalamu’alaikum,, selamat pagi ,, sy eka , saya sudah baca postingan mba ,, saya lg galau mba,, walau sebenarnya saya pun nyerah kasarnya untuk tidak lanjut kerja ,,, untuk saat ini sy aktif kerja di sebuah perusahaan dan anak sy , dititip dirumah orangtua ,, waktu kerja sy terlalu ekstrim ,, senin -sabtu dan pulang malam terus,,, sy sebenrany butuh motivasi dan support untuk lebih meyakinkan diri ,, memilih risgn ini ,, kadang sy sering mencari pembenaran apakah baiknya perempuan itu dirumah atau karir diluar ? mba ,bny yg ingin sy sampikan ,,tp nti sy sambung lagi ,, 🙂
    terima kasih y mba ,,
    eka

    Like

    1. Hallo Mba Eka, senengnya saya punya teman sharing. Buat saya, bekerja ataupun tinggal dirumah adalah keputusan berat bagi seorang ibu karena saya yakin dari setiap pilihan yang diambil kalian punya alasan. Saya tidak bisa menyamakan semua kondisi ibu-ibu sama dengan saya, maka dari itu saya selalu mensupport apapun keputusan yang diambil ibu2 lainnya. Yang saya yakini adalah, apapun pilihan nya, saya yakin seorang ibu telah memikirkan apa yg terbaik untuk anak-anak dan keluarganya. Semangaat, Mba Eka ❤️

      Like

  5. saya juga mengalami kegalauan saat ini ., antara anak dan pekerjaan .. baru saya tinggal 2 hari kerja ., anak saya yg berusia 2,5 bulan sakit karena selama saya tinggal kerja ., dia tidak bisa minum asi dari botol maupun dengan sendok/cup feeder .. selalu dimuntahkan lagi sama anak saya .. maunya dia nenen langsung dari saya ..
    akhirnya saya putuskan untuk berhenti kerja dan mengandalkan penghasilan suami .. saya berfikir tentang anak saya yg tidak bisa jauh dari saya .. ketika dia jauh dari saya ., dia jatuh sakit .. saya yakin bahwa keputusan saya adalah yg paling benar .. dan saya yakin rezeki pun sudah ada yg mengatur ☺😇

    Like

    1. assalamualaikum mba salsa. sy nemu blog mba, coba cari bacaan yang menguatkan dan percaya diri bahwa ketika resign akan baik baik saja.
      saya juga akan resign mba demi anak, tapi kadang suka ragu, ragu karena syg penghasilan, syg sm status karena sy pegawai tetap di instansi pemerintah yg terjamin tetek bengeknya, syg sm temen2 d kantor, dan banyak lg ya hehe, tapi kadang sy mikir kayanya sy egois kl sy bela bela in kerja cuma buat kepentingan diri sendiri. kalau org bilang kenapa g dititipin k org tua, org tua sy dan suami jauh dn sy g tega kalau jauh sm anak, dan ga tega org tua sudah merawat anaknya masa harus merawat cucunya padahal waktu tua mereka biar jadi istorahat dan fokus ibadah, kl k baby sister jujur sy g percaya, ke day care juga sy g tega cuma beberapa waktu kedepan sy masukin day care dl sambil saya urus pengunduran diri saya. btw anak sy jg belum bisa minum pakai dot padahal sekitar dua minggu lagi sy bekerja. doakan sy y mba agar istiqomah untuk menjadi IRT.

      Like

      1. Waalaikumsalam, Mbak Ratih. Saat ragu, biasanya aku meyakinkan diri dengan ujaran Rasul yang berbunyi, “Jika kau ragu, ikuti kata hatimu!” So far, jika mengikuti kata hati (tapi tetap dengan pertimbangan logis akal sehat), insha Allah dimudahkan, Mbak. Intinya, jadi full IRT atau Ibu bekerja, keduanya baik ko, Mbak. Mana yang terbaik bagi keluarga aja. Good luck, Mbak Ratih.

        Like

  6. Alhamdulillah , sedikit mengobati kegalauan hati saya mbak.. sya juga berniat mau resign dr awal tahun ini.. tetapi saya tahan-tahan karena kebutuhan.. tapi sya sedih karena anak saya jadi kurang dekat dgn saya .. karena sya titipkan ke saudara. Saya hanya ingin memperbaiki tumbuh kembang anak saya sebelum terlambat.. suami memang mendukung , tetapi saudara suami kurang mendukung .. sya takut tersudut di suatu keadaan.. semoga dilancarkan , apapun resikonya 😊

    Like

  7. tknks mba sudah berbagi pengalamannya, ini semakin memantapkan hati saya untuk resign dari pekerjaan saya karena walaupun aman tapi selalu ada perasaan bersalah didalam diri saya ketika setiap harinya harus menitipkan anak saya kepada ibu saya. ditempat kerja, saya memang sudah terasa nyaman sekali karena memiliki kawan dan atasan yang baik tapi ada yang tidak dapat diputar kembali yaitu waktu,,hampir 2 tahun saya melewatkan waktu bersama buah hati saya dan sekarang saya ingin memperbaikinya,
    artikel mba sungguh mengispirasi.. terima kasih

    Like

  8. Saya lagi bingung apakah resign atau tetap bekerja. Karena saya baru saja naik jabatan. & gaji suami saya hanya UMR. Saya khawatir nanti akan ada masalah financial di rumah tangga kami. Akan tetapi saya juga berat untuk menitipkan calon anak saya kepada orang lain.

    Like

    1. Semoga Mba selalu ada dalam lindungan Tuhan yaa mba. Mungkin bisa kembali dibicarakan dengan suami, karena saya tau setiap orang pasti memiliki pertimbangan yang berbeda saat ia memutuskan kembali bekerja atau mengurus anak dirumah. Bagi saya, keikhlasan suami adalah yg terpenting, jadi ketika suami ikhlas untuk mengambil segala tanggung jawab, sayapun semakin kuat untuk resign. Maka dari itu, saya rasa perbincangan dan pemikiran yg matang dibutuhkan disini dan balik lagi mba, apapun keputusan setiap ibu saya yakin itu adalah yang terbaik untuk anak2 mereka 🙂

      Like

  9. Tulisannya sangat nenginspirasi. Saya sedang memantapkan jiwa untuk resign mb. Anak usia 5th, semakin banyak tantangan yg harus dihadapi. Insya Allah kemantapan jiwa ga goyah lagi. Terimakasih share nya..

    Like

    1. Terima kasih, mba.. saya senang banget bisa berbagi banyak hal tentang hidup saya ke banyak orang. Tapi apapun keputusan Mba, aku yakin itulah keputusan terbaik yang dibuat oleh seorang ibu 🙂

      Like

  10. Woww… Isnpiring sekali Mbak Thanks.

    Saya sedang Hamil 6 bulan saat ini saya dan suami sedang mempertimbangkan bagaimana nantinya waktu anak kami lahir karena kami ingin memberikan yang terbaik untuk anak pertama kami dan sepertinya option yang paling besar buat kami adalah saya resign dari pekerjaan.
    Memang sih kalo di lihat dari kebutuhan mungkin akan sedikit susah pada saat saya berhenti bekerja tapi saya juga yakin anak punya rejeki sendiri dan saya tidak kwatir mengenai itu.
    Yang pasti saya tidak ingin melewatkan masa-masa dimana saya mengasuh anak kami dari bayi it must be the golden moment for Mom.

    Thanks for sharing

    Like

  11. Subhanallah.. Benar benar menginspirasi saya dan saya rasa juga menginspirasi ibu ibu diluar sana yang sedang dilema antara resign atau lanjut bekerja..
    Dikehamilan saya yang baru menginjak 3 bulan tapi saya sudah mulai memikirkan langkah apa yang akan diambil setelah lahiran dan cuti 3 bulan.. tapi rasa ragu masih menghantui sampai stres sendiri memikirkan hal ini (antara resign atau lanjut kerja hihihi)
    Tetapi hati saya tenang setelah membaca ayat ini,
    “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.” QS. Hud [11:6]
    Astagfirulloh.. seakan saya lupa akan ada nya Allah sebagai penolong umatNya..

    Terima kasih banyak mbak, karena tulisan singkat ini sudah sangat membantu pembacanya untuk selalu mengingat akan Janji Allah..
    Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT..
    Aamiin….

    Like

  12. Saya Ibu 3 anak yang sedang berniat untuk resign karena anak2 adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan. Insya Allah habis lebaran saya akan mengajukan resign. Bismillah..

    Like

  13. Sy sedang berfikir untuk resign setelah anak pertama saya yg berusia 3,5 thn dirawat dirs karna demam kejang setelah semingu sblmnya sakit tipes, kejadian si kaka sakit seperti signal buat aku untuk memutuskan mana yg harus aku proiritaskan dalam hidup, anak diasuh pembantu, ga akan pernah sama seperti diasuh ibu sendiri,apalagi aku menititpkan balita dan bayi 8 bln ke ART, dan mereka smpt sakit dalam waktu yg bersamaan dan hrs dirawat intensif,sedih luar biasa melihat anak seperti “ga keurus” sampe kesehatannya drop kyk gitu, dalam diri mulai ada pertanyaan ” apa yg ake kejar sbnrnnya, kok aku seperti mati2an untuk sesuatu yg ga dibawa mati? pdhl sbnrnya anakku investasi akheratku, amanah yg harus aku jaga”… hiks…..
    doain aku mba, supaya bisa mantap untuk bikin keputusan buat dirumah aja sama anak2…

    Like

  14. Tulisannya menginspirasi bgt,,dmn saat ini saya sedans dilema karena diawal akan melahirkan tidak ada terbesit untuk resign, tetapi saat mulai memasuki 3minggu terakhir ini kata resign mulai muncul, dikarenakan nggak rela anak harus di urus ART (ART baru direkrut 2minggu kmrn), nantinya akan ada ketergantungan anak thd ART.
    Dan suasana kantor juga tidak kondusif lagi apabila dilanjutkan kembali, yg takutnya akan ngefek ke diri sendiri dan bikin ASI mampet (pengen mengASIhi full).
    Ditambah dengan membaca artikel ini dengan lampiran Surat Hud (11:6) inshallah rejeki tidak akan tertukar dan menjadi lebih berkah membuat saya melek dan sedikit tenang.
    Jadi inshallah besok saya akan ajukan surat resign dengan restu suami.

    Liked by 1 person

      1. Assalamu’alaikum mba..
        Saya seorang bidan mba bekerja di RSUD sudah 7 tahun dr sebelum menikah. Dan pny anak 2 dg jarak umur yg dekat. Sy menemukan artikel ini krna skrg sy lg di posisi dilema utk resign krna dg kondisi yg sekarang dan jg suami yg mengharuskan resign . Sy sudah 2 bulan melahirkan anak ke dua dan sbntr lg wktu cuti habis, sy galau mba krna sulit utk mncari pengasuh anak, sedangkn pengasuh yg dulu memilih pkrjaan lain.. Orgtua sy jg bekerja sebagai guru jd tidak bs menjaga cucuny..mau titip k tempat penitipan anak kasihan dan rasanya ga tega dan juga sekarang lg pandemi covid anak2 belajar dr rumah.. Sy merasa blm siap mba krna masih ingin bekerja dan berkumpul dg teman2… Tp di sisi lain sy jg pnya tanggung jawab utk mendidik anak2 yg sudah di titipkan Allah.. Dan saya sedih jk anak2 yg masih kecil hrs di titipkan k tempat penitipan anak.. Sy butuh penguatan mb klw resign memang adalah solusi yg terbaik demi anak2 …
        Trmksh mba artikel mb sangat bermanfaat utk bunda2 yg sedang dilema sprti sy sekarang.. 😊🙏

        Like

      2. Walaikumsallam mba, semoga ketika mengetik message ini mba sudah ngga galau ya. Tapi saya yakin, keputusan kita sebagai Ibu tidak pernah salah, karena kita itu jiwanya rumah tangga. Kita tahu betul apa yg dibutuhkan keluarga ini, jadi pasti keputusanmu pasti yang terbaik mba. Yakinlah itu ❤️❤️

        Like

  15. keren tulisannya,,saya juga lagi bersiap untuk resignt,,saya sudah punya anak 2,,dan saat ini sedang di asuh oleh ibu saya,,semoga tuhan kasih saya jalan yang terbaik

    Like

    1. Salam kenal, Mbak. Semoga by the time saya balas, surat resign sudah masuk ya. Hehehe. Saya tetap pro 2-2nya ko, baik Ibu bekerja maupun Ibu rumah tangga, yang penting anak tetep di bawah pengawasan kita. Semoga dilancarkan prosesnya ya! 🙂

      Like

      1. Syukur Alhamdulillah, setelah sy membaca tulisan ini akhirnya bsa lebih memberanikan diri untuk resign dan merawat anak sy yg sedang sakit.
        Dari pda sy dilema truss
        Karna menomor satukan keluarga tdk pernah salah.

        Like

      2. Percayalah, sesukses apapun kita diluar sana tapi keluarga tak bersuka cita, hidup masih terasa seperti duri yang menancap di hati. Jadi tak ada salahnya untuk selalu menomorsatukan keluarga :))

        Like

    2. assalamualaikum wr wb. setelah saya membaca shareing-sharing ini , menjadi masukan untuk saya, memutuskan untuk berhenti bekerja memang di lema, apalgi klau posisi saya di sini saya punggung yang menggung ibu saya. namun saya juga harus memperhatikan anak saya. anak saya tidak mau sekolah, dan kalau di tanya jawabnya klau mamh tidak kerja aku sekolah, kalau mamah kerja aku tidak sekolah, miris aku dengarnya.
      satu sisi aku masi butuh biaya dan satu sisi anak aku butuh aku.
      mohon bantuannya sharingnya. terimaksih ya mba

      Like

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.