Perjalanan Mencari Dokter Spesialis Kehamilan & Rumah Sakit Bersalin

Disclaimer: Tulisan ini bersifat sangat subjektif, dinilai dari pengalaman pribadiku, tanpa bermaksud menggeneralisir institusi atau Dokter yang disebutkan.

***

Bagi beberapa Ibu-Ibu yang sedang melewati masa kehamilan, pasti ingin sekali menemukan Dokter dan Rumah Sakit terbaik dimana mereka akan melewatkan momen-momen penting dan paling berharga saat melahirkan nanti. Tapi ternyata, definisi “terbaik” menurut masing-masing Ibu dapat berbeda sekali. Termasuk aku, yang dalam kehamilan pertamaku ini telah melewati beberapa kali ganti Dokter dan Rumah Sakit. Ini adalah kisah perjalananku menemukan Dokter dan Rumah Sakit terbaik versi aku.

Processed with VSCO with hb1 preset
Selama proses kehamilan, aku cukup sering browsing-browsing informasi Rumah Sakit dan Dokter yang direkomendasikan oleh Ibu-Ibu lain.
Rumah Sakit #1: RSIA Evasari, Jakarta Pusat

Awal mula aku merasa ada yang janggal di tubuhku adalah ketika aku terlambat menstruasi untuk pertama kalinya. Meskipun baru terlambat sehari, dengan cepat aku membuat kesimpulan ini karena hal ini sangat jarang terjadi (Alhamdulillah, selama ini jadwal menstruasiku cukup teratur). Belum lagi, keterlambatan ini disertai dengan perubahan-perubahan lain, misalnya: payudara yang melembut dan agak membesar, demam di malam hari, dan juga sakit pinggang. Akhirnya, aku memutuskan untuk mengajak suamiku cek dokter tanpa test-pack terlebih dahulu. Karena aku tinggal di Jakarta Pusat, aku mengajak suamiku untuk cek di Rumah Sakit terdekat, yaitu RSIA Evasari. Tanpa reservasi sebelumnya, kami memilih dokter secara acak yang praktek di hari itu, M. Ridwan, Sp.OG. Pertama kali bertemu Dokter Ridwan, kami memiliki kesan baik padanya. Sembari USG perut, aku ceritakanlah semua symptomps yang aku rasakan – namun betapa kecewanya aku ketika mendengar ucapannya bahwa nggak ada indikasi kehamilan di tubuhku. Begitu besar keinginan kami untuk segera dikaruniai momongan saat itu. Well, who doesn’t anyway?

Dokter Ridwan berkata, “Kalau dari hasil USG, belum terlihat ada kantung janin di rahimnya. Biasanya, kantung rahim menebal apabila ada tanda-tanda kehamilan. Tapi dari hasil observasi saya, belum ada penebalan disini. Kemungkinan hamilnya kecil, Bu. Mungkin symptomps yang Ibu rasakan cuma perasaan Ibu saja!”

Ketir aku mendengar ucapannya. Tanpa melakukan USG intravaginal ataupun tes darah dan urin, beliau sudah mengindikasikan bahwa ini hanya “perasaanku” saja. Akupun meneteskan air mata ketika keluar dari ruangannya. Entah mengapa, aku begitu yakin bahwa aku hamil – dan ucapan Dokter Ridwan bukanlah kalimat yang ingin aku dengar saat itu.

Rumah Sakit #2: RSIA Hermina Jatinegara, Jakarta Timur

Minggu, 17 Januari 2016 — selang 4 hari dari kunjungan kami ke RSIA Evasari, kesedihanku masih belum mereda. Di sisi lain, aku sudah memasuki hari ke-5 terlambat menstruasi. Sesaat setelah bangun tidur dan akan menjalankan sholat Subuh, aku mengambil test-pack yang aku beli beberapa hari sebelumnya. Betapa kagetnya aku ketika melihat ada dua garis samar yang muncul. Aku tak ingin larut dalam kebahagiaan – aku lalu mengambil satu test-pack lagi dan benar saja, hasilnya positif lagi. Dengan segera aku memberitahu suamiku dan kamipun sujud syukur. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah!

img_7353
Test-pack kesekian. Untuk pertama kalinya 2-strip setelah 3 bulan penantian.
Sempat kecewa dengan RS Evasari, siang itu kami pergi ke RS Hermina Jatinegara. Kenapa Hermina Jatinegara? Selain cukup dekat dengan tempat tinggal kami, hanya Hermina yang memiliki jadwal praktek Dokter Obgyn di hari Minggu. Setibanya di Rumah Sakit, kami memilih Dokter secara acak, yaitu Dr. Rifardi Rifiar, Sp.OG. Meski cukup komunikatif, beliaupun melakukan USG melalui perut. Bukannya aku nggak percaya dengan USG perut, tapi menurutku di kehamilan yang masih muda seperti ini, akan sangat sulit mendeteksi kehamilah dengan hanya melalui USG perut. Hasilnyapun sama: belum bisa disimpulkan, namun beliau memintaku melakukan cek darah dan urin. Hasilnya? Alhamdulillah, aku hamil.

img_7362
Hasil lab di RS Hermina Jatinegara. Alhamdulillah!
Dokter Rifardi lantas menyarankanku kontrol 2 minggu lagi untuk pengecekan lebih lanjut, tapi sayangnya Rumah Sakit ini ternyata tak seramah Dokternya. Dari pengamatan kami, suster-suster di RS Hermina Jatinegara sangat minim infomasi dan minim senyum (ini cukup penting). Bahkan ketika aku menanyakan biaya melahirkan di pusat informasi, mereka dengan ketus menyuruhku untuk melihat sendiri daftar harganya di ujung meja, tanpa memberikan penjelasan sepatah katapun. Gestur yang sangat tak bersahabat! Kamipun mencoret Rumah Sakit ini dan mencoba alternatif lain untuk kontrol selanjutnya.

Rumah Sakit #3: MRCCC Siloam Semanggi, Jakarta Selatan

Melalui rekomendasi seorang teman, aku mendapatkan informasi tentang Dokter populer di Rumah Sakit MRCCC Siloam: the infamous Dr. Ardiansjah Dara, Sp.OG. Kami dengan mudah menyukai Rumah Sakit ini karena kesan modern dan lokasinya yang cukup strategis (dekat dari rumah orang tua kami, dan tepat di belakang kantor suamiku).

Bagi aku, banyak catatan positif tentang Dokter Dara. Selain memiliki banyak jadwal praktek (Senin-Sabtu), ia adalah sosok yang ramah, lugas, pintar, komunikatif – dan yang pasti good looking & stylish. Dibandingkan dengan 2 Dokter lain yang aku temui sebelumnya, Dokter Dara bisa dikategorikan Dokter muda. Minggu demi minggu aku lewati bersama Dokter Dara hingga akhirnya di minggu ke-12 aku menanyakan beberapa pertanyaan kepadanya mengenai tes darah yang umum dilakukan oleh Ibu hamil di kuarter pertama. Tes yang aku tanya adalah tes untuk mengecek Rhubella, Tokso, dan lain-lain, karena menurutku hal itu cukup penting di usia kehamilan muda ini. Surprisingly, tanggapan Dokter Dara justru sedikit cuek.

Beliau hanya menanyakan, “Apa kamu punya hewan peliharaan di rumah?” Well, aku menjawab, “Tidak, Dok.” Lalu dengan singkat Ia mengatakan, “Maka nggak perlu melakukan tes itu.” Hmm, tampaknya kali ini aku belum sejalan dengan jawabannya.

Rumah Sakit #4: RSIA Asih Panglima Polim, Jakarta Selatan

Merasa nggak puas dengan jawaban Dokter Dara, akhirnya aku memutuskan untuk mencoba the legendary, RSIA Asih di Panglima Polim. Sebenarnya sejak lama aku mendengar begitu banyak review-review positif tentang Rumah Sakit ini, namun baru kali ini akhirnya aku benar-benar memutuskan untuk mencobanya. Pengalamannya selama puluhan tahun meyakinkan aku bahwa meskipun sederhana dan jauh dari kesan modern, Rumah Sakit ini memiliki reputasi yang baik di bidangnya. Melalui forum-forum Ibu hamil dan rekomendasi beberapa teman, pilihanku jatuh kepada Dr. Musa Soebijantoro, Sp.OG.

Kesan pertamaku pada Dokter ini? Ia adalah Dokter senior, ramah, dan sangat kebapakan. Jujur saja, senyumnya melegakan hati kami ketika pertama kali bertemu dengannya. Pembawaannya tenang dan sangat lugas saat berbicara. Setelah kami melakukan USG, beliaupun mengajak kami berbicang untuk menanyakan beberapa hal. Akhirnya aku menanyakan tentang tes-tes apa saja yang wajib dilakukan Ibu hamil, misalnya:

  • Apakah penting melakukan tes Tokso dan Rhubella? Menurut beliau, tes tersebut wajib dilakukan! Justru Ia heran kenapa Dokter-Dokterku sebelumnya nggak ada yang merekomendasikannya. Menurutnya, deteksi dini Tokso & Rhubella dapat memudahkan penanganan awal untuk melindungi & mengobati janin kita, karena virus sejenis Tokso dan Rhubella dapat diobati jika ditangani dengan cepat.
  • Apakah perlu melakukan tes NIPT untuk mengetahui apakah anak kita berpotensi down-syndrome? Biaya tes ini cukup mahal, karena sample darah kita harus diterbangkan ke Amerika dan hasilnya akan dikirim dalam waktu 2-3 minggu. Apa jawaban Dokter Musa? Sederhana. Ia berkata,

    “Buat apa kamu melakukan tes ini? Kalau ternyata hasilnya anakmu down-syndrome, lantas kamu mau ngapain? Mau kamu gugurkan? Kalian Islam kan? Anak itu hadiah sekaligus titipan dari Allah, maka kamu wajib menerima apapun bentuknya.”

Ucapannya sungguh menggetarkan hati. Pertemuan pertama kami dengan Dokter Musa meninggalkan kesan yang begitu mendalam bagi aku & suami. Sejak itu pula kami merasa mantap untuk melanjutkan kehamilan ini bersama Dokter Musa – yang hingga saat ini, kami anggap seperti orang tua kami dan kakek bagi anakku Sophia.

***

Catatan tambahan: selain kualitas Rumah Sakit dan Dokternya yang baik, RSIA Asih Panglima Polim juga memiliki suster yang ramah, professional dan cukup sabar. Terlebih lagi bagi suamiku, biaya poliklinik dan lahirannyapun cukup terjangkau.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.